Kamis, 25 April 2019

Tebu wulung

TEBU WULUNG
     Kula taksih kemutan nalika simbah kakung nanem tebu ing pojok plataran sisih kiwa griya enggal ingkang nembe rampung dipunpayoni.
Tebu ingkang dipuntanem ketingal seje kaliyan tebu limrahipun.
Warni kulitipun cemeng semu biru.
Boten ijem. Ketingal langkung ageng tinimbang tebu ingkang warninipun ijem.
 Nalika kula nyuwun priksa dhateng simbah, panjenenganipun ngendika bilih tebu menika dipunwastani "tebu gendruwo".
Ginanipun kangge srana tetulak, supados kulawarga ingkang nglenggahi griya enggal menika (bapak, ibu, lan kula) tinebihaken saking godha-rencana.
Kalih taun sabacutipun, nalika paklik kula krama, ing antawisipun pinten-pinten ubarampe kangge sesaji upacara palakrami, ugi wonten salonjor tebu ingkang warninipun cemeng menika.
 Sareng kula suwunaken priksa, ngendikanipun simbah, menika ginanipun kangge gaman tumrapipun penganten.
Dumugi ngriki, kula dereng terang. Ing-atasipun tebu kemawon kok saged kangge tetulak lan gaman.
 Kejawi warni lan agengipun, bedanipun kaliyan tebu ingkang limrah menika mapan ing menapanipun?
Eram! Maneka-warni upacara kok mesthi mawi tebu minangka salah satunggalipun ubarampe.
Sareng sampun diwasa, tansaya kathah kanca, kathah guru, sekedhik mbaka sekedhik kula saged mudheng.
Kawiwitan saking aranipun, jebul tebu ingkang kulitipun cemeng menika kaprah winastan "tebu wulung". Ing bausastra mila tembung 'wulung' menika tegesipun 'cemeng'.
Lajeng, jebul tembung 'tebu' menika jarwa-dhosokipun "antebing kalbu".
Teges mlahanipun: "manah ingkang kukuh/teguh/ kandel/kiyat/santosa". Sareng kula gagas, kok jebul sae menika.
Liripun mekaten, tebu ngemu teges manah ingkang santosa.
Kamangka, warni wulung/cemeng menika lambangipun bumi/gunung ingkang werdinipun inggih santosa/kukuh.
Elokipun malih, tebu menika wujudipun tamtu lurus/lempeng, boten bengkong, tur kaku lan atos, nanging raosipun manis.
Hla, ing ngriki kok jebul gathuk malih.
 Tegesipun mekaten, ingkang winastan tiyang ingkang teguh-santosa menika tamtu tiyang ingkang boten miyar-miyur.
 Nanging, tamtu kemawon tiyang ingkang ageng kantebanipun, lurus, kaku, nanging manis budinipun.
 Boten mokal menawi tebu wulung menika lajeng kenging kangge pitutur sinandi tumrapipun bebrayan.
Kula pitados bilih tiyang ingkang santosa manahipun menika tamtu kiyat ngadhepi sakathahing panggodha-pangrencana.
Teguhing manah menika saestu gaman ingkang landhepipun ngungkuli salwiring gegaman yasan pandhe, ingkang kuwawi njagi wetahing bebrayan.
Mokal menawi pitutur lumantar lambang tebu wulung menika namung adhedhasar othak-athik gathuk waton mathuk.!!!



PESAN INDAH MBAH MAIMUN

PESAN INDAH MBAH MAIMUN

K.H Maimun Zubair Dawuh, jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air, maka angkat dan tolonglah...barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akherat.
Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa menggangu jalannya kaum muslimin, maka singkirkanlah, barangkali itu menjadi penyebab dimudahkannya jalanmu menuju syurga.

Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya, maka ambil dan susulkan ia dengan induknya, semoga itu menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga.
Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan, maka antarkanlah ia...barangkali itu mejadi sebab kelapangan rezekimu di dunia.

Jika engkau bukanlah seorang yang mengusai banyak ilmu agama, maka ajarkanlah alif ba' ta' kepada anak2 mu, setidaknya itu menjadi amal jariyah untukmu..yang tak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu.

JIKA ENGKAU TIDAK BISA BERBUAT KEBAIKAN SAMA SEKALI, MAKA TAHANLAH TANGAN DAN LISANMU DARI MENYAKITI....SETIDAKNYA ITU MENJADI SEDEKAH UNTUK DIRIMU.
Al-Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata:

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ

“Berapa banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya. Dan berapa banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya”

Jangan pernah meremehkan kebaikan, bisa jadi seseorang itu masuk surga bukan karena puasa sunnahnya, bukan karena panjang shalat malamnya tapi bisa jadi karena akhlak baiknya dan sabarnya ia ketika musibah datang melanda

Rasulullah bersabda:

« لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ ».

“Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya)bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum".(HR. Muslim)

Mari kita selalu berusaha dg Pikiran dan prilaku positif, semangat meraih hasil terbaik serta saling mendoakan akan keberkahan.. Aamiin..


Roso sejati

*MANFAAT LAIN DARI NURANI*

Dengan landasan pemahaman dan pengelolaan seluk-beluk nurani seperti telah saya uraikan di atas, membuat setiap individu dapat mengendalikan DAYA PANGARIBAWA.

*Daya Pangaribawa adalah sebuah kekuatan besar berasal dari getaran nurani.
Berupa kewibawaan atau pengaruh kekuatan yang besar yang memancar dari tatapan mata, air muka, solah dan bawa (perilaku lahir dan batin). Sementara itu tutur kata yang bersumber dari nurani, sangat berguna untuk mencapai suatu maksud dan tujuan yang diharapkannya.
*Daya Pangaribawa akan memancar, beresonansi ke sekelilingnya, bahkan daya pangaribawa yang getaran “resonansinya” kuat sekali akan membahana memencar ke penjuru semesta alam.
Mampu mewujudkan apa yang yang diharapkan.
Apa yang dipikirkan dan diucapkannya mudah menjadi kenyataan.
Belum lagi kita berdoa, harapannya sudah terkabul lebih dulu.
Metode ini menjelaskan pula bagaimana seseorang dapat memiliki kekuatan
"IDU GENI", Sabdo Pandito Ratu, Sabdo Ingsun Sabdo Sejati,apa yang diucapkan pasti terwujud.
Getaran alam akan selaras, sinergis dan harmonis dengan getaran nurani, demikian pula sebaliknya getaran nuraninya akan selaras dengan getaran (kodrat/hukum) alam.
Di situlah letak “kesaktian” seseorang, manakala menjadi Mandireng Pribadi, berarti pula aku adalah alam semesta, kekuatan alam semesta adalah kekuatanku.
Di antaranya mampu menangkap dan mengendalikan petir, mampu menjebol dan memuntahkan lahar gunung berapi dll.
Ini bukan sekedar dongeng atau mitologi, beliau-beliau bukanlah orang yang gegulangan ilmu karang, tetapi hanya karena berhasil menjadi manusia yang (dengan tingkat kesadaran) KOSMOLOGIS, lebih dari sekedar kesadaran spirit (untuk hal ini akan saya jabarkan dalam topik selanjutnya). Siapapun anda, pasti bisa melakukan, asal ada kemauan.

Secara teknis, proses Daya Pangaribawa menjadi hasil karya nyata, atau menjadi kalimat bertuah setelah melalui tahapan-tahapan berikut ini.

1. Panggraitaning cipta batin
(Bisikan Nurani) yang secara tepat menentukan target dan memotivasi kepada pencapaian suatu tujuan (mligining cipta).
Seseorang tidak akan merencanakan dan melakukan sesuatu di luar kehendak nurani.
Sebaliknya keinginan yang bukan kehendak nurani tidak akan terwujud. Maka seseorang tidak akan berharap-harap selain yang berasal dari bisikan nuraninya sendiri.

2. Ketepatan Bertindak setelah suatu target dan tujuan secara tepat dapat ditentutan oleh nurani, dituntut konsistensi tata lahir atau gerak ragawi untuk mewujudkan target dan tujuan tersebut.
Dengan diipandu oleh nalar budi pekerti (Daya Intelegensia Nurani) atau Kejernihan Nalar membuat diri kita lebih cermat membaca sinyal-sinyal dari
"Daya Panggraitaning Cipta" atau Bisikan Nurani.
Akan tetapi kejernihan nalar baru dapat kita ciptakan apabila kita mampu cara meletakkan pikiran pada sudut yang netral dan obyektif.
Hal ini tidak mudah dilakukan, sebab nalar manusia selalu penuh dengan intrik, imajinasi, pengandaian, ilusi dan penuh dengan data-data mentah yang tidak mudah dicerna.

Untuk itu hendaknya cyclon atau gelombang otak sering-sering diturunkan pada level bheta dan tetha. Jangan terus-terusan memforsir otak selalu bekerja pada level alpha.
Sebab daya kecermatan gelombang alpha hanyalah berkisar 0,0000035 dibanding kecermatan gelombang theta.

3. Tekad Bulat atau Kemantaban Hati. Ketepatan bertindak merupakan langkah konkrit dalam pencapaian tujuan. Namun hal itu belum cukup untuk mewujudkan daya pangaribawa, masih diperlukan adanya:
"KETANGGA", atau Keketeg Ing Angga, yakni kuatnya kehendak dari dalam jiwa atau tekad bulat.

Untuk mencapai satu tujuan kita tak boleh mencla-mencle, plin-plan, ragu-ragu akan apa yang kita tetapkan sebagai tujuan.
Tetapi harus konsentrasi penuh melibatkan batin (hati nurani), tata lahir atau gerak ragawi yang termaktub dalam kecermatan penalaran, dan sebuah tekad yang bulat yang bersumber dari kekuatan jiwa.

Ketiga sumber kekuatan pribadi di atas belumlah lengkap.
Masih harus melibatkan ning atau wening, hening cipta.
Ning merupakan bentuk konsentrasi yang lebih tinggi daripada ketiga konsentrasi di atas.
Ning merupakan full consentration, konsentrasi penuh, menjadi satu *KARYO LEKSONO*.
Atau lebih mudah saya istilahkan *NYAWIJI ING MANEMBAH*
yakni melibatkan kekompakan seluruh elemen daya kekuatan dalam diri pribadi untuk satu tujuan.
Atau hanya bertujuan tunggal dan mengerahkan segala daya dari dalam diri  secara kompak.
Individu yang nyawiji menyatukan beberapa komponen sebagai satu kesatuan gerak langkah.
Komponen tersebut meliputi 4 unsur yakni ; hati, pikiran, ucapan, dan tindakan nyata yang diarahkan kepada pencapaian tujuan yang satu.

Gerbo bumi

Garbo bumi amat karat ratu buyut kebuyuten ratu tuo seng nguasai bumi jawi lan bumi .... kang tut no tingkah laku ku karat solollahualaihiwa...