*MANFAAT LAIN DARI NURANI*
Dengan landasan pemahaman dan pengelolaan seluk-beluk nurani seperti telah saya uraikan di atas, membuat setiap individu dapat mengendalikan DAYA PANGARIBAWA.
*Daya Pangaribawa adalah sebuah kekuatan besar berasal dari getaran nurani.
Berupa kewibawaan atau pengaruh kekuatan yang besar yang memancar dari tatapan mata, air muka, solah dan bawa (perilaku lahir dan batin). Sementara itu tutur kata yang bersumber dari nurani, sangat berguna untuk mencapai suatu maksud dan tujuan yang diharapkannya.
*Daya Pangaribawa akan memancar, beresonansi ke sekelilingnya, bahkan daya pangaribawa yang getaran “resonansinya” kuat sekali akan membahana memencar ke penjuru semesta alam.
Mampu mewujudkan apa yang yang diharapkan.
Apa yang dipikirkan dan diucapkannya mudah menjadi kenyataan.
Belum lagi kita berdoa, harapannya sudah terkabul lebih dulu.
Metode ini menjelaskan pula bagaimana seseorang dapat memiliki kekuatan
"IDU GENI", Sabdo Pandito Ratu, Sabdo Ingsun Sabdo Sejati,apa yang diucapkan pasti terwujud.
Getaran alam akan selaras, sinergis dan harmonis dengan getaran nurani, demikian pula sebaliknya getaran nuraninya akan selaras dengan getaran (kodrat/hukum) alam.
Di situlah letak “kesaktian” seseorang, manakala menjadi Mandireng Pribadi, berarti pula aku adalah alam semesta, kekuatan alam semesta adalah kekuatanku.
Di antaranya mampu menangkap dan mengendalikan petir, mampu menjebol dan memuntahkan lahar gunung berapi dll.
Ini bukan sekedar dongeng atau mitologi, beliau-beliau bukanlah orang yang gegulangan ilmu karang, tetapi hanya karena berhasil menjadi manusia yang (dengan tingkat kesadaran) KOSMOLOGIS, lebih dari sekedar kesadaran spirit (untuk hal ini akan saya jabarkan dalam topik selanjutnya). Siapapun anda, pasti bisa melakukan, asal ada kemauan.
Secara teknis, proses Daya Pangaribawa menjadi hasil karya nyata, atau menjadi kalimat bertuah setelah melalui tahapan-tahapan berikut ini.
1. Panggraitaning cipta batin
(Bisikan Nurani) yang secara tepat menentukan target dan memotivasi kepada pencapaian suatu tujuan (mligining cipta).
Seseorang tidak akan merencanakan dan melakukan sesuatu di luar kehendak nurani.
Sebaliknya keinginan yang bukan kehendak nurani tidak akan terwujud. Maka seseorang tidak akan berharap-harap selain yang berasal dari bisikan nuraninya sendiri.
2. Ketepatan Bertindak setelah suatu target dan tujuan secara tepat dapat ditentutan oleh nurani, dituntut konsistensi tata lahir atau gerak ragawi untuk mewujudkan target dan tujuan tersebut.
Dengan diipandu oleh nalar budi pekerti (Daya Intelegensia Nurani) atau Kejernihan Nalar membuat diri kita lebih cermat membaca sinyal-sinyal dari
"Daya Panggraitaning Cipta" atau Bisikan Nurani.
Akan tetapi kejernihan nalar baru dapat kita ciptakan apabila kita mampu cara meletakkan pikiran pada sudut yang netral dan obyektif.
Hal ini tidak mudah dilakukan, sebab nalar manusia selalu penuh dengan intrik, imajinasi, pengandaian, ilusi dan penuh dengan data-data mentah yang tidak mudah dicerna.
Untuk itu hendaknya cyclon atau gelombang otak sering-sering diturunkan pada level bheta dan tetha. Jangan terus-terusan memforsir otak selalu bekerja pada level alpha.
Sebab daya kecermatan gelombang alpha hanyalah berkisar 0,0000035 dibanding kecermatan gelombang theta.
3. Tekad Bulat atau Kemantaban Hati. Ketepatan bertindak merupakan langkah konkrit dalam pencapaian tujuan. Namun hal itu belum cukup untuk mewujudkan daya pangaribawa, masih diperlukan adanya:
"KETANGGA", atau Keketeg Ing Angga, yakni kuatnya kehendak dari dalam jiwa atau tekad bulat.
Untuk mencapai satu tujuan kita tak boleh mencla-mencle, plin-plan, ragu-ragu akan apa yang kita tetapkan sebagai tujuan.
Tetapi harus konsentrasi penuh melibatkan batin (hati nurani), tata lahir atau gerak ragawi yang termaktub dalam kecermatan penalaran, dan sebuah tekad yang bulat yang bersumber dari kekuatan jiwa.
Ketiga sumber kekuatan pribadi di atas belumlah lengkap.
Masih harus melibatkan ning atau wening, hening cipta.
Ning merupakan bentuk konsentrasi yang lebih tinggi daripada ketiga konsentrasi di atas.
Ning merupakan full consentration, konsentrasi penuh, menjadi satu *KARYO LEKSONO*.
Atau lebih mudah saya istilahkan *NYAWIJI ING MANEMBAH*
yakni melibatkan kekompakan seluruh elemen daya kekuatan dalam diri pribadi untuk satu tujuan.
Atau hanya bertujuan tunggal dan mengerahkan segala daya dari dalam diri secara kompak.
Individu yang nyawiji menyatukan beberapa komponen sebagai satu kesatuan gerak langkah.
Komponen tersebut meliputi 4 unsur yakni ; hati, pikiran, ucapan, dan tindakan nyata yang diarahkan kepada pencapaian tujuan yang satu.
Kamis, 25 April 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Gerbo bumi
Garbo bumi amat karat ratu buyut kebuyuten ratu tuo seng nguasai bumi jawi lan bumi .... kang tut no tingkah laku ku karat solollahualaihiwa...
-
Makna Kata Dalam Mantra Sang Kolo CokroYA MAROJA JAROMA YA YA MARANI NIRAMA YA YA SILAPA PALASI YA YA MIRODA DAROMI YA YA MIDOSA SADOMI ...
-
Assalamuallaikum wr wb SALAM PERSAUDARAAN para kadang PSHT 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹 *_Peninggalan dari leluhur dan berisi ajaran dalam menjalani...
-
Materi Jurus Kawak Trap 1: Tangan Kosong 36 jurus Jurus Senjata :Krambit 10, Trisula 12, Pedang 15, Toya 5, Belati 25 Trap 2 : 15 jurus t...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar